Friday, August 3, 2007

2 Agustus 2007 - Anti Conformity

Kemarin akhirnya aku pindah rumah ke keluarga ketiga. Malasnya bukan main, sesudah pulang sekolah, makan siang, aku harus membereskan barang-barangku, memasukkannya ke dalam kotak-kotak lagi, merapikan di sana-sini, tapi untungnya Mãe membantuku. Ah, kusadari barang-barangku banyak sekali! Kaos-kaos terutama, banyak yang tidak pernah kukenakan. Celana-celana kain tidak terpakai, celana dalam yang sepertinya terlalu banyak, rompi yang tidak tersentuh, dll.

Dan yang paling parah, buku-buku! Mungkin ada 5 kg sendiri satu dus buku-bukuku! Yah, pastinya aku akan jadi seorang pemberi yang baik di hari kepulanganku nanti.

Juga kubereskan file-file di komputer, ku-burn CD-CD berisi musik & foto-foto, yah, 'menghapuskan' jejakku dari rumah itu. Di tengah-tengah kesibukanku sore itu, Mãe Marilise (oh God, she's a really sweet woman!) masih menyempatkan mengajakku foto.

Beres-beres, berantakan, capek, dan dibongkar lagi nantinya. Ugh...

sama Isadora, tetanggaku.

Giovanna and Julia, the two sweetest sisters you can get!!

Casturina, my heroine. She washed my clothes, pants, shoes, and everything. I'd be 'kewalahan' without her.

"Mommy, I love you!!"

Dan akhirnya pukul 5.30 sore lebih 2 menit, keluarga ketigaku datang menjemput. Nivaldo dan Marilisa, orang tua terakhirku di negara berbendara hijau kuning biru ini.

Rumah mereka sangat kecil, tapi rapi. Aku akan tidur dengan José, adik kecilku. Tas-tas yang sudah kupak rapi-rapi, kubongkar kembali. Kaos-kaos kukeluarkan lagi, kardus-kardus dibuka lagi, dan jejak-jejak yang sudah kuhapuskan dari rumah kedua, kini kukuaskan lagi di rumah baru.

Terulang kembali pula proses pengenalan. Seperti apa Indonesia, cara kami makan di sana, dan yang belum tapi pasti akan ditanyakan, tentang keluargaku. Kalau dipikir-pikir bisa kesal dan lelah juga, tapi mengingat tugasku sebagai seorang duta muda negara, memang inilah yang harus kulakukan. Aku tidak di sini untuk kenyamananku. Satu kali aku mulai merasa nyaman di satu keluarga, aku harus pindah. Mungkin itu juga yang Rotary inginkan, supaya aku tidak pernah merasa aman dan lalu jadi kurang ajar, malas, bersantai, dan melupakan misiku.

Apa refleksinya tentang ini dengan kehidupan rohaniku ya? Yah, rasanya aku mengerti. Dalam menjadi seorang duta besar kerajaan Surga, kita seharusnya tidak pernah boleh merasa nyaman di dunia ini. Dunia yang bukanlah tanah air kita, karena kita berkebangsaan tanah surgawi. Sebelum semua orang tahu tentang kasih Kristus, tentang cinta-Nya yang besar untuk semua orang, kita tidak boleh beristirahat. Sebelum kita kembali kepada-Nya, jangan pernah merasa tenang, apalagi merasa sudah berbuat cukup. Terus berlari, dan kejar mahkota kemuliaan itu.