Kemarin malam, keluargaku mengajakku makan di sebuah churrascaria. Makan malam perpisahan, katanya. Churrascaria berasal dari kata churrasco = barbekyu, yang bila diterjemahkan bebas oleh Samuel dapat diartikan sebagai tempat makan barbekyu.
Sekitar jam 7 malam, sebelum berangkat, semua ngumpul di ruang keluarga, dan aku diberi kejutan. Ah, mereka membelikanku CD original Cesar Menotti & Fabiano! Senangnya.
Kami lalu berangkat, dan CD baruku disetel di stereo mobil. Entah mengapa mendengar kedua duet ini bernyanyi selalu membangkitkan semangatku. Rasanya yang lainnya di mobil malam itu juga berpikiran sama. Kami bernyanyi sepanjang jalan, dari Califórnia ke Arapongas.
Mãe Marilise, di tengah jalan berkata, harapannya bahwa aku akan mengenang keluargaku ini ketika kudengarkan ulang CD ini kelak. Oh ya, jelas aku akan ingat. Malahan di beberapa lagu tadi malam aku merasakan mataku panas membayangkan aku akan meninggalkan keluargaku yang kucintai di sini.
Terputar lagu Esperando na Janela (Menanti di Ambang Jendela). Liriknya cantik sekali! Langsung kukatakan, lagu ini akan kunyanyikan untuk istriku di pernikahanku kelak. Dengarkan lagunya di bar sebelah kanan blog ini.
Musik memang membawa perasaan. Apalagi kalau musik yang diputar adalah musik yang ceria dan punya roh yang benar. Kami benar-benar gembira malam itu.
Di churrascaria, makanannya tidak terlalu spesial. Tipikal semua makanan Brazil lainnya: Enak tapi bikin ngap. Hanya mengagumkan saja melihat betapa banyak daging dari berbagai jenis dan teknik mengasapi diedarkan. Yang mengesankan kemarin malam adalah betapa keluarga keduaku ini begitu ingin meninggalkan kesan yang baik di malam terakhir aku tinggal bersama mereka. Berapa kali kedua orang tua memisahkan kedua anaknya yang berantem kecil, mereka mengambil foto meskipun anak-anaknya tidak suka... Dan ah, pokoknya mereka bersikap manis sekali kepadaku malam itu. Semakin membuatku berat rasanya meninggalkan mereka. Tidak sekalipun mereka berantem, berdebat, ataupun marah-marah parah malam itu. Yah, keluarga ini benar-benar bisa jadi manis kalau mereka berusaha.
Di bawah ini beberapa foto-foto istimewa malam itu.
Dan ini beberapa yang tidak terlalu istimewa.
Dan waw, tinggal satu bulan lagi waktuku di Brazil. Perpisahan kecil dengan keluarga keduaku yang manis ini saja sudah terasa pedih, bagaimana nanti aku berpisah dengan segala yang sudah kukenal di negara ini? Negara yang tadinya begitu ingin kutinggalkan, kini mulai terasa ikatan-ikatan cinta di banyak tempat yang telah kujalin menarikku kembali. Yah, kesedihan nanti biarlah untuk nanti saja. Aku sudah minta pada-Nya agar sisa ini bermakna. Mau mulai menghitung hari.
Hari ini... Bosan di kelas seperti biasa. Siap-siap pindah rumah juga nanti sore. Mesti sibuk. Sudah dulu deh.
|