Thursday, October 4, 2007

Pria, Wanita, Laki-laki, Perempuan.

Friendster memang bisa jadi sumber inspirasi. Sudah lama saya tidak ngeblog di sini, dan hari ini ketika membuka Friendster dan melihat-lihat Bulletin Board yang biasanya disampahi dengan artikel-artikel quiz yang diisi untuk membunuh kebosanan... Saya menemukan sesuatu yang menarik.

Seorang teman membagikan artikel unik tentang pria dan cowok. Merasa sebagai pemilik jenis kelamin yang disinggung-singgung, aku tertarik dan membacanya lebih lanjut. Ini isinya.

Inilah Perbedaan mendasar antara seorang PRIA dan COWOK

P: Tahu jelas lima tahun lagi ia mau jadi apa.
C: Tidak jelas lima menit lagi ia mau berbuat apa.

P: Jago membuat wanita merasa tenang.
C: Jago membuat cewek merasa senang.

P: Bacaannya John Grisham, mainannya golf, tontonannya CNN.
C: Bacaannya FHM, mainannya bilyar, 1 tontonannya MTV.

P: Sebelum umur 30 sudah banyak uang.
C: Sebelum umur 30 sudah banyak dosa.

P: Seimbang antara penghasilan dan pemasukan.
C: Seimbang antara hutang dan pembayaran minimum.

P: Mendukung emansipasi wanita, tapi tetap membayari bon makan wanita.
C: Mendukung emansipasi wanita dengan membiarkan wanita bayar sendiri.

P: Punya akuntan, penjahit dan dokter langganan.
C: Punya salon, kafe dan bengkel langganan.

P: Meminta Anda nimbrung ngobrol kalau mamanya menelepon.
C: Pura-pura Anda tidak bersamanya jika mamanya menelepon.

P: Putus dengan pasangannya sambil berjabatan tangan dan mengakui sulitnya menjembatani perbedaan antar mereka berdua, diiringi ucapan, "Kita tetap bisa berteman selamanya."
C: Putus dengan pasangannya sambil kabur dari rumah, merokok berbatang-batang, plus ucapan, "Jangan undang aku ke pernikahanmu nanti!"

P: Mencintai wanita 10 % pada pertemuan awal dan meningkat terus.
C: Mencintai wanita 100 % pada pertemuan awal dan menurun terus.

P: Berpikir dewasa seperti orang usia 40 tahun saat berusia 17 tahun.
C: Berpikir kekanakan seperti orang usia 17 tahun saat berusia 40 tahun.

P: Bisa menang hanya dengan otak dalam konflik.
C: Cuma bisa ngamuk, adu mulut, & adu otot kalo konflik.

P: Mikirnya "Aku masih kurang pengetahuan, harus belajar lebih banyak."
C: Mikirnya "Aku yang terhebat di muka bumi, siapapun aku hadapin !!!."

P: Otak no 1, digabungin otot kalo terpaksa.
C: Otot no 1, ditambah otak kalo punya.

P: Main sepeda agar tambah perkasa.
C: Main sepeda agar dipuji wanita.

P: Klo liat ce cakep, mata melihat ke wanita itu,kemudian menatap ke depan.
C: Klo liat ce cakep, mata melihat ke wanita itu,kemudian menatap ke samping dan ke belakang.

P:Kl o ada wanita ngajak kenalan nanya namanya sapa?
C:Klo ada wanita ngajak kenalan nanya nomor HP-nya berapa? Tinggal di mana?


***

Ayo, apa respon anda setelah membaca artikel tadi? Mungkin ada yang marah, tersinggung, tertawa, dan macam-macam. Kalau saya sendiri merasa tersentak namun geli juga. Artikel yang memang ada benarnya, nyata, tapi apa yang terjadi dengan karakter pria-pria hari-hari ini sampai-sampai ada artikel sindiran seperti ini di Internet?

Wanita dalam banyak hal, kalau kita para pria mau jujur, (saya akan gunakan kata 'pria' untuk jenis kelamin jantan, dan 'wanita' untuk jenis kelamin betina) sudah banyak disakiti dan ditindas oleh kepemimpinan pria. Tumbuh dalam sebuah keluarga yang belum sempurna, saya sendiri melihat terkadang sang Ayah bertindak sewenang-wenang dalam memimpin, melupakan peran istrinya yang seharusnya ia lindungi dan juga ia dengarkan dalam mengambil keputusan. Selain itu masih banyak hal-hal lain yang terjadi dalam masyarakat yang menunjukkan bahwa wanita sering dinomorduakan dan tidak jarang diinjak haknya.

Saya bukan seorang feminis, yang percaya bahwa pria harus takluk di bawah kaki wanita, tapi saya juga bukan penentang emansipasi wanita. Saya masih percaya akan kepemimpinan pria, bahwa Sang Pencipta menentukannya demikian dari awalnya. Dan hal inipun tidak menjadikan seorang wanita kalah penting. Pria dan wanita diciptakan sama unik dan sama pentingnya, tapi Tuhan perlengkapi kita masing-masing dengan fungsi yang berbeda-beda. Bayangkan sebuah dunia tanpa pria, atau sebaliknya, mau jadi apa?

Menjadi laki-laki adalah masalah kelahiran, tetapi menjadi pria sejati adalah masalah pilihan. Secara khusus saya mau berbicara pada para pria melalui artikel ini.

Untuk menjadi seorang pria yang kuat dan benar, tentu kita perlu mendasari hidup kita dengan sesuatu. Sebenarnya, apakah yang menjadi pondasi hidup kita hari-hari ini? Pasir, ataukah tanah keras?

Banyak pria mendasarkan hidup mereka pada kekayaan, karir, otot, otak, dan hal-hal duniawi yang akan hilang. Dasar yang benar bukanlah itu semua. Kekuatan pria yang sejati terletak pada mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Dunia ini dan segala isinya akan berlalu. Kita boleh punya otot dan perut yang keren di usia muda. Tapi di usia 60-an, siapa yang bisa membanggakan tubuh masa mudanya? Harta akan berlalu, keluarga akan hilang, bahkan hikmat akan lenyap, tapi Firman Tuhan tinggal tetap. Ingatlah selalu bahwa Firman Tuhan adalah sesuatu yang kokoh dan tidak bisa terbantahkan. Praktekkan Firman Tuhan sebagai suatu perintah. Landasi hidupmu dengan Firman Tuhan. Mulai membaca dan merenungkannya, dan jadikan Firman itu sebuah gaya hidup. Sesuatu yang kita praktekkan dengan sungguh-sungguh, didasari kasih atas Tuhan kita, di mana dari situlah akan datang kekuatan kita yang sejati.

Dan ingat teman-teman, menjadi seorang Pria Sejati adalah sebuah perjalanan seumur hidup. Bukan sesuatu yang bisa kita dapatkan dengan membaca sebuah buku atau mengikuti satu camp secara instan. Menjadi seorang Pria Sejati adalah sebuah dedikasi seumur hidup. Minta Tuhan membentuk dirimu terus menerus, minta karakter Kristus terus dipenuhi dan diperjelas dalam hidupmu. Baca terus Firman Tuhan yang hidup itu, jadikan pedoman hidupmu. Hargai wanita dengan hati yang murni, berhenti menggombali dan merayu mereka, mereka sudah lelah dan jijik dengan itu. Tuhan dan wanita menginginkan agar pria memiliki konsistensi, ketegasan, dan kekuatan.

Saya yakin banyak juga wanita yang membaca artikel ini dan memimpikan pria-pria yang dekat dengannya, entah itu teman, pasangan hidup, ayah, atau adiknya, mau berubah dan menjadi seorang Pria Sejati. Terus terang, berat bagi kami bila kami harus maju dan melangkah sendiri. Perubahan seorang pria membutuhkan kerja sama dari teman-teman pria dan wanita di sekitarnya. Wahai wanita, anda bisa membantu pria-pria di sekitar anda menjadi lebih baik, dengan menunjukkan apresiasi atas hal-hal gentle yang mereka lakukan, dengan sebuah senyuman kecil atau sekedar ucapan 'terima kasih'.

Sebuah pengalaman pribadi saya, terus terang saya agak kecewa dengan sikap wanita Indonesia dalam memberi apresiasi kepada pria. Saya pernah tinggal di Brazil selama 10 bulan. Dari negara inilah justru saya belajar lebih bagaimana menghargai teman-teman wanita saya. Menahan pintu lift, memberikan tempat duduk, dan perhatian-perhatian kecil yang seharusnya para pria berikan pada wanita, banyak saya pelajari dari tempat itu. Sepulangnya ke Indonesia, dengan tekad menjadi pria yang lebih baik, saya bawa pengalaman itu dan saya mencoba lebih lembut pada wanita-wanita Indonesia. Saya membukakan lift, menahan pintunya untuk mereka, memberikan kursi saya di bis untuk seorang ibu yang berdiri kelelahan, mengambilkan minum, yah, pokoknya saya berusaha deh!

Di Brazil, tindakan-tindakan ini akan mengupahi saya sebuah senyuman manis, ucapan terima kasih, atau bahkan sekedar anggukan santun menunjukkan apresiasi. Tapi di Indonesia, ugh, boro-boro! Wanita yang saya tahankan pintu liftnya langsung saja menyosor masuk tanpa melihat saya. Ibu-ibu yang saya berikan tempat duduk langsung saja duduk tanpa bahkan tersenyum pada saya. Orang yang saya ambilkan minum hanya akan menggumamkan terima kasih singkat bahkan tanpa melihat mata saya!!

Saya harap lewat artikel ini saya sudah berhasil mengajak teman-teman berpikir. Kadang-kadang kita (entah kita pria atau wanita) senang sekali menuntut seorang berubah. Tapi tanpa kita sadari, kunci dari perubahan itu adalah diri kita sendiri. Berapa banyak pria yang sebenarnya berusaha berbuat baik, tapi karena tidak menerima respon yang apresiatif dari para wanita kemudian jadi mundur dan malu lagi. Berapa banyak wanita yang sebenarnya ingin lebih menyayangi suaminya, tapi karena sifat suaminya yang tertutup akhirnya sang istri menjadi kikuk dan ketakutan sendiri?

Marilah kita, selain mengambil tanggung jawab atas diri kita sendiri, juga mau mengambil tanggung jawab atas saudara-saudara kita yang lain. Mulailah dari teman-teman sesama jenis. Jaga mereka. Untuk anda yang sudah merasa sudah mengerti, teruslah belajar sambil mengajar juga teman-teman yang lain. Jangan lupa, kalau kita tidak mau mengambil tanggung jawab kecil, dimulai dari diri kita sendiri, siapa lagi yang akan bertanggung jawab? Hidup adalah sebuah pilihan besar. Semua keputusan ada di tangan kita. Mari kita mengambil keputusan untuk menjadi seorang pria maupun wanita yang lebih tanggap, berfungsi, dan maksimal di dalam Tuhan.

Tuhan memberkati. Jadilah maksimal!