Tuesday, July 3, 2007

ngobrol dengan papa

kemarin malam akhirnya telpon ke rumah lagi.

ngobrol entah kenapa lebih banyak dengan papa kemarin. padahal janjian telponnya dengan mama, tapi pagi itu sepertinya dominasi pembicaraan lebih kepada papa.

hmm.. kami bicara tentang banyak hal. tentang impian masa depan, tentang apa yang mereka akan lakukan sepulangku nanti, tentang jepang, tentang kuliahku nanti, tentang demas... kira-kira tiga jam lebih, tiga jam berharga yang tidak akan mampu kami peroleh tanpa kemurahan dan kemudahan teknologi internet.

papa makin dewasa. hal yang aneh untuk dikatakan rasanya, seorang anak bisa menilai tingkat kedewasaan bapaknya. tapi itu yang kurasakan. dari caranya berbicara, caranya memulai topik, dan bagaimana ia menghubungkan satu hal dengan lainnya terdengar lebih mantap dan lebih pandai. aku terkesan sekarang dengan keinginannya membuka pikirannya sendiri lebih dalam terhadap pengetahuan, terhadap buku-buku, sekarang ia jadi rajin baca buku, dan menurutnya hidupnya lebih santai dan berpegang pada Tuhan.

terkesan aku dengan sebuah pernyataan yang disampaikannya tentang berbuat dosa. katanya, "papa tidak setuju dengan pemimpin-pemimpin gereja yang suka berkata, 'kita tidak bisa hidup dalam dosa, tapi bisa jatuh dalam dosa'". aku tertegun mendengarnya. tidak lain karena selama ini akupun sering menggunakan frase ini untuk menguatkan mereka yang baru melakukan dosa lagi.
papa kembali berkata, "kita lihat Yesus. Yesus yang hidup sebagai manusia di dunia ini, apakah Dia tidak merasakan sakit, ketika orang menendangnya, memukulnya, menghajarnya? apakah Dia tidak merasakan kesal, sebal, dan emosi manusia? singkatnya, bukankah Yesus dulu seorang manusia seratus persen?"
lanjutnya, "jika Yesus benar-benar manusia seratus persen, tapi Alkitab mencatat Dia sebagai seseorang yang tidak berdosa sama sekali, apa rahasia-Nya?"

aku tertegun sejenak. terbayang dalam benakku seorang figur Yesus Kristus, Anak Allah yang dikirimkan Tuhan sebagai manusia, tanpa kelebihan apapun kecuali kepenuhan kuasa Allah dalam hidup-Nya. Dia bisa sakit kalau kau menendang-Nya, Dia bisa sakit hati ketika orang-orang mencaci-Nya, dan memang benar kata papa, Yesus memiliki alasan-alasan juga untuk memilih berdosa. Ia bisa memilih untuk memaki, membenci, bahkan membatalkan misi agungnya sebagai Penyelamat Dunia.

tapi, seperti Alkitab katakan, Tuhan Yesus tidak berdosa.

papa melanjutkan, "karena Tuhan Yesus tidak mencintai dunia dengan segala isinya."

selanjutnya perenunganku. Tuhan saja yang Pencipta, memiliki dunia ini, tidak mencintainya dengan segala kekayaannya, melainkan, yang Ia ingat hanyalah jiwa-jiwa yang terhilang, mengapa kita yang notabene hanya 'meminjam', harus mempertahankan hak kita sebegitu rupa?
Tuhan Yesus menyerahkan hak-Nya, kemanusiaan-Nya, untuk keselamatan umat manusia. yang berdetak dalam dadanya hanyalah misi, misi, dan kabar keselamatan untuk jiwa-jiwa.


akhirnya aku mengerti. yang benar adalah hidup mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. love God, love people. itu aja, dan sungguh-sungguh. perubahan dimulai dari dalam. tapi kita bisa tidak berbuat dosa, karena Tuhan Yesus sudah melakukannya. Bahkan dosa kita ditebus-Nya.

lalu papa bilang lagi tentang keadaanku di Brasil. katanya Tuhan ingin aku istirahat dan mencari Dia. sambil tetap menjadi pengikut Yesus yang benar, yang menjaga standar sesuai firman-Nya, mau hidup kudus, tapi di saat yang sama setia mencari kehendak Tuhan. seperti double-stick, kata papa. ada saatnya benda itu dipakai menyerang, tapi ada saatnya ia ditarik mundur, dikepit dan berdiam diri. kata papa Tuhan sedang panggil aku mencari dia. aku ngga tahu tentang hal ini. banyak orang bilang aku makin dewasa dalam ini dan itu, yang membuatku bangga. tapi tetap rencana Tuhan untukku aku masih belum bisa lihat jelas.

yah, obrolan dengan papa membuka banyak hal lain. tentang pekerjaan, masa depan, sampai gadis impianku. tapi itu bukan konsumsi pembaca blog ini. =)

akhir kata... malam kemarin aku tidur nyenyak. tidur karena tahu selain aku punya Tuhan yang selalu di sisiku, kedua orang tuaku juga mendukung tindakanku, asal aku berjalan dalam kehendak Tuhan.