Monday, July 16, 2007

My Brazilian Birthday Story

Okaayy!! Aku akan menulis dengan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar kali ini... Capek juga ngepost Inggris terus.

Sahabat-sahabat, Samuel Ray Limas baru saja ulang tahun. Tanggal 15 Juli 2007 lalu, memasuki usianya yang ke-18. Ulang tahun pertamanya di luar negara dan pelukan orang-orang tercintanya. Tapi puji Tuhan, karena pemeliharaan-Nya dia tetap bisa merasakan kasih sayang dari sahabat-sahabat barunya di Brasil, yang Tuhan kirimkan untuk mewarnai ulang tahunnya lebih indah.

Jadi, tanggal 15 Juli pagi hari, Rotary sudah menyiapkan satu barbecue besar di ranch-nya Diogo, salah satu member club. Barbecue yang sebenarnya tidak spesial diadakan untukku, tapi memang sudah merupakan tradisi keluarga Rotary Club Califórnia untuk bertemu dan mengadakan hari keluarga di barbecue itu setiap sekian bulan sekali. Tepat juga hari itu ulang tahunku. Jadi mereka siapkan tiga kue, bertumpuk-tumpuk daging dan sosis, soda dan bir dingin untuk pesta kami.

Dan hari itu benar-benar asyik dan seru. Kami pulang pesta lebih awal, karena keluarga inang pertamaku bilang mereka mau adakan pesta kecil lagi di rumah mereka untukku. Di rumah mereka aku dibuatkan "fundi", sejenis kudapan Italia terbuat dari buah-buahan dan keju yang dipotong kecil-kecil dan dimakan sambil dicelupkan ke dalam coklat yang dilelehkan. Enak! Banyak sepupu-sepupu Brasilku datang, dan kami berpesta kecil dengan makanan itu. Hari itu dingin, tapi jadi hangat dengan kedatangan sahabat-sahabat dan keluarga. Aku tinggal di sana hari itu, menginap satu malam. Hari diakhiri dengan turnamen Mario Party di Gamecube mereka.

Ulang tahun yang indah. Aku dapat hadiah dua pesta yang seru, dan celana jeans dari keluarga pertamaku. Hadiah lainnya adalah ucapan selamat dan dukungan tak terkira banyaknya dari teman-teman di orkut, friendster, dan pembaca-pembaca blog ini. Terima kasih semuanya! Kalian, meskipun jauh, telah mewarnai ulang tahunku lewat kepedulian kalian di dunia maya!

Untuk berbagi sedikit gambaran sukacita yang kunikmati hari itu, Di bawah ini kutampilkan slide foto dan beberapa foto penting di hari ulang tahunku. Maaf kalau terlalu banyak foto, aku tahu internet Indonesia yang lambat. Tapi memori ini terlalu indah untuk kusimpan sendiri.









Haha, ceritaku belum habis! Beberapa hari setelah aku ulang tahun, Mama dan aku bertukar cerita lewat Windows Live Messenger. Beliau, seperti semua Mama yang baik, mengucapkan selamat ulang tahun. Kami ngobrol dan bertukar cerita. Di akhir ceritaku tentang gemerlap dan indahnya ulang tahunku di negara orang ini, beliau bertanya, "Apa yang jadi perenunganmu di ulang tahun ini, Samuel?"

Aku tertegun merenung. Benar-benar merenungkan ulang tahunku adalah hal terakhir yang ada di dalam pikiranku. Ulang tahun di luar negeri, jauh dari rumah dan orang-orang yang kukasihi, membuatku lupa bahwa aku terus menua, dan harus seiringnya menjadi dewasa.

Kujawab jujur pada beliau, bahwa aku tidak memikirkan satupun perenungan kedewasaan dalam ulang tahunku hari ini. Dalam hati aku merasa sudah bertumbuh banyak, dan rasanya tidak perlu mengembangkan apapun lagi di usiaku yang kini 18 tahun. Beliau dengan bijak menjawab, "Setiap kali kamu semakin tua, harus ada yang menjadi perenunganmu. Jangan lupakan perenungan dan kerendahan hati di tengah-tengah gemerlapnya hidup yang kau jalani sekarang..."

Pagi ini aku berbincang-ketik dengan seorang mantan teman kostku. Aku bicara padanya tentang visi dan masa depan. Dia bicara padaku tentang orang tuanya yang tidak ingin dia mengejar mimpi keluar negeri. Takut, katanya. Aku bicara lagi tentang mempunyai mimpi. Dan bertanyalah dia dengan polos, "mimpi lu apa sih Sam?"

Sekali lagi aku tertegun. Setelah Brazil, mau kemana kamu? Bukan berarti pencapaian yang tinggi ini, berani ke luar negeri sendiri dan lain-lain, lalu dengan pujian dan sahutan kekaguman teman-temanmu, kamu bisa berhenti BERMIMPI!!

Kujawab temanku dengan tergagap, menceritakan sedikit rencana masa depanku. Mimpi, aku punya. Tapi jujur aku belum mengejarnya dengan sungguh-sungguh hari-hari ini. Kuhabiskan waktu di depan internet dan komputer, apa yang mesti kukerjakan tidak kupenuhi, dan meskipun aku ingin setengah mati dapat beasiswa ke Jepang, aku tidak membantu Mamaku melengkapi aplikasinya. Hanya setengah hati saja. Sampai beliau mesti marah dan mendesak-desakku bergerak. Maafkan aku ya Ma!

Kembali Tuhan menunjukkan kasih setia-Nya padaku. Ia terus memberikan arahan, cinta, dan dorongan-Nya lewat hal-hal yang tidak kusangka-sangka. Di saat aku malas dan tidak mau bergerak, Dia menegurku lewat orang-orang di sekitarku. Aku bersyukur punya Tuhan seperti-Nya.

Teman-teman, Tuhan itu ada. Tuhan hidup, Tuhan nyata, Tuhan itu sekarang, dan Dia rindu berbicara denganmu. Atau mungkin Dia sudah mulai berbicara dan mengetuk pintu hatimu, sejak lama. Tapi untuk mendengar-Nya, sulit bagimu, karena dunia ini terlalu berisik. Terlalu banyak suara. Tenangkan hati, kawan. Dengarkan Tuhan mengarahkan hidupmu.